Blog-nya Mba Ani yang berisi: "Rangkuman Materi, Soal Latihan, dan Pendalaman Materi SD (Kurikulum 2013)"

Kamis, 07 Juni 2012

Puskesmas Depok Jaya


TUGAS
MATA KULIAH KESEHATAN IBU DAN ANAK
Laporan Hasil Wawancara dan Pengamatan terhadap Puskesmas Depok Jaya






oleh
Anifatun Mu’asyaroh
1006668014
Kelas KIA, Ibu Evi Martha
(Jumat pukul 08.00-09.40, Aula A)



Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Oktober 2011



Laporan Hasil Wawancara dan Pengamatan terhadap Puskesmas Depok Jaya

Hari/Tanggal Wawancara  : Jumat, 30 September 2011
Pukul                                 : 08.50 WIB
Tempat                               : Puskesmas Depok Jaya, Beji, Depok
Narasumber                       : Ibu Dr. Yani Nuryani selaku Kepala Puskesmas Depok Jaya
Riwayat Narasumber         : -  Puskesmas Kalimulya sebagai staff (1992-1994)
-     Puskesmas Pancoran Mas sebagai staff (1994-2005)
-     Puskesmas Sawangan sebagai staff (2005-2010)
-    Puskesmas Depok Jaya sebagai kepala puskesmas (2010-sekarang)
                                          
Laporan ini berisi resume hasil wawancara kepala dan mengamati kinerja Puskesmas Depok Jaya pada hari Jumat, 30 September 2011 yang cenderung berlangsung sama di hari-hari lain.

A.  Pengertian Puskesmas
Pengertian puskesmas berdasarkan keterangan yang sudah disampaikan oleh Dr. Yani adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemberian layanan kesehatan di suatu wilayah kerja.

B.  Cakupan Wilayah Kerja Puskesmas Depok Jaya
Setiap puskesmas mempunyai wilayah kerjanya masing-masing yang sudah terbagi-bagi banyak porsi wilayahnya dan biasanya mencakup beberapa RW. Misalnya, Puskesmas Depok Jaya ini mempunyai wilayah kerja yang berbeda dengan Puskesmas Mampang. Puskesmas Depok Jaya mempunyai cakupan wilayah kerja sebanyak 14 RW sedangkan Puskesmas Mampang sebanyak 15 RW. Meski demikian, kedua puskesmas tersebut berada di bawah naungan Puskesmas Pancoran Mas.

C.  Visi dan Misi Puskesmas Depok Jaya
Puskesmas Depok Jaya beserta jajarannya telah menyelanggarakan berbagai upaya kesehatan di wilayah tersebut. Dalam pelaksanaannya, Puskesmas ini mempunyai visi dan misi yang belum pernah diubah sejak awal berdiri, sebagai berikut:
-       Visi
     Masyarakat sehat sejahtera melalui peran puskesmas dalam memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau, efektif, dan responsif.
-       Misi
1. Memberikan pelayanan secara menyeluruh, merata, terpadu serta berorientasi kepada kepuasan masyarakat.
2. Mengupayakan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS).
3. Memberikan respon secara cepat dan tepat terhadap penyakit menular dan penyakit berbasis lingkungan.
4.   Memberdayakan seluruh potensi yang ada.

D.  Struktur Puskesmas Depok Jaya
Terkait dengan poin ke-4 pada misi tersebut, Puskesmas Depok Jaya, dalam keterbatasan jumlah tenaga medis yang terdapat di sana, selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi para pasien. Hal ini dilakukan dengan cara memberdayakan seluruh potensi tenaga medis tersebut dan membaginya ke dalam unit-unit yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan jumlah tenaga medisnya. Hal di atas dapat dilihat dalam susunan atau struktur Puskesmas Depok Jaya di bawah ini.






Adanya sedikit keterbatasan tenaga atau sumber daya manusia di Puskesmas Depok Jaya menyebabkan ada beberapa unit yang ditangani oleh satu orang yang sama. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya kekurangan jenis pelayanan yang diberikan atau didapatkan oleh pasien puskesmas. Jadi, meskipun harus ada tugas ganda, para tenaga meds dan kesehatan di sana rela untuk melakukannya demi terlaksananya pelayanan kesehatan yang memadai untuk warga.

E.  Bentuk Pelayanan di Puskesmas Depok Jaya
Bentuk pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Depok Jaya mencakup pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung.
1. Pelayanan di dalam gedung berupa pelayanan yang biasa kita lihat atau kita alami saat berobat di puskesmas, yaitu berupa pemeriksaan, konsultasi, dll.
2.   Pelayanan di luar gedung itu sendiri dapat berupa penyuluhan terhadap warga, posyandu yang bahkan bisa melayani setiap hari, poswindu untuk para lansia, dll. Khusus untuk pelayanan di luar gedung ini, tempat atau lokasi pelayanan tidak stag di sekitar puskesmas atau oleh staff puskesmas saja. Namun, ada petugas kesehatan lain nonstaff puskesmas yang bertanggung jawab untuk setiap kegiatan.
Puskesmas dan jajarannya bertugas sebagai pengawas dan pengatur. Jadi, untuk pelayanan kesehatan di luar gedung, petugas dapat mengumpulkan pasien-pasien di suatu tempat lalu memberi penyuluhan kepada mereka atau mendatangi pasien tersebut ke rumah mereka satu per satu lalau memberikan pendekatan intrapersonal.
Adapun pelayanan yang dimaksud di atas terbagi menjadi dua kategori, yaitu kategori Kegiatan Wajib/Pokok dan kategori Kegiatan Tambahan/Pengembangan.
Kegiatan Pokok/Wajib, ada 6:
Kegiatan Tambahan/Pengembangan, ada 9:
1.  Upaya promosi kesehatan
2.  Upaya Kesehatan lingkungan
3.  Upaya KIA dan KB
4.  Upaya perbaikan gizi masyarakat
5.  Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6.  Upaya pengobatan
1. Upaya kesehatan sekolah
2.  Upaya kesehatan olahraga
3.  Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4.  Upaya kesehatan kerja
5.  Upaya kesehatan gigi dan mulut
6.  Upaya kesehatan jiwa
7.  Upaya kesehatan mata
8.  Upaya kesehatan usia lanjut
9. Upaya tradisional
Setiap kegiatan pelayanan di atas mempunyai satu orang yang bertanggung jawab sehingga tidak ada kegiatan yang terbengkalai atau tidak terurus.
Di puskesmas yang kami kunjungi ini, belum ada pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat inap masih baru disediakan di puskesmas-puskesmas besar atau puskesmas pusat, seperti: Puskesmas Sukma Jaya dan Puskesmas Cimanggis. Oleh karena itu, pelayanan di puskesmas Depok Jaya masih sebatas rawat jalan bagi pasien.

F.   Ruangan di Puskesmas Depok Jaya
Di Puskesmas Depok Jaya, terdapat kurang lebih 12 ruangan yang tiap ruangan memiliki fungsi berbeda. Berikut ini adalah daftar ruangan yang terdapat di dalam puskesmas ini (nomor ruangan tidak urut):
1.     Ruang Imunisasi
Ruangan ini digunakan sebagai tempat mengimunisasi para balita.
2.     Ruang Poli Gigi
Ruangan ini berada di pojok ruangan. Di sini ada 2 dokter gigi yang memberikan pelayanan terhadap pasien yang mempunyai permasalahan dengan gigi dan mulut. Ruangan ini sebagai sarana untuk merealisasikan salah satu kegiatan pengembangan puskesmas yaitu upaya kesehatan gigi dan mulut.
3.      Ruang KIA (Poli Reproduksi, Poli KIA)
Seperti di Poli Gigi, Poli ini ditangani oleh 2 dokter atau tenaga medis wanita. Ruangan ini merupakan pusat kegiatan Posyandu apabila pasien tidak sempat datang ke Posyandu desa; konsultasi dan pemeriksaan ibu hamil; konsultasi dan pemeriksaan anak serta kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan ibu dan anak. Di daerah tersebut sudah sangat sedikit warga yang mempergunakan jasa dukun bayi, bahkan bisa dikatakan hamper tidak ada. Oleh karena itu pelayanan untuk KIA di desa/wilayah sekitar Puskesmas Depok Jaya benar-benar terpusat pada puskesmas tersebut dan kegiatan-kegiatan kesehatan lain di luar puskesmas yang dilakukan di bawah kontrol puskesmas, seperti Posyandu dan Poswindu.
4.      Laboratorium
Laboratorium seperti yang sudah kita ketahui digunakan sebagai tempat untuk meneliti berbagai hal yang digunakan dalam proses pemeriksaan untuk menentukan diagnosa dini. Hal-hal tersebut seperti cek darah, dll. Namun, dikarenakan sedikit keterbatasan fasilitas di puskesamas fungsi laboratorium belum semaksimal fungsi laboratorium di rumah sakit.
5.      Ruang Klinik TB/Paru
Dilihat dari namanya, sudah jelas sekali ruangan ini digunakan untuk menangani pasien spesialisasi penyakit TB/Paru. Namun, ruangan ini sebatas sebagai ruang pemeriksaan terhadap pasien.
6.      Ruang Vaksin
Ruang  vaksin merupakan gudang dari segala vaksin-vaksin yang digunakan untuk imunisasi atau vaksinasi. Di dalamnya terdapat alat-alat vaksinasi, seperti jarum suntik, obat-obat cair, vaksin dan merupakan ruangan yang sangat tertutup serta hanya boleh dimasuki oleh petugas.
7.      Ruang Poli Umum
Poli Umum digunakan sebagai ruang pemeriksaan tahap awal. Pasien penyakit umum akan diperiksa di ruangan ini. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penyakit baru atau perlu dilakukan tindakan, maka pasien akan dirujuk ke ruangan yang sesuai, misalnya ke ruang Klinik TB/Paru atau ke ruang tindakan.
8.      Ruang Tata Usaha
Ruangan ini digunakan sebagai tempat untuk mengatur segala urusan keadministrasian puskesmas. Di sana terdapat data-data mengenai jumlah pasien dan perkembangannya dari waktu ke waktu, keuangan puskesmas, dan rekaman segala kegiatan sehari-hari yang ada di puskesmas
9.      Ruang Tindakan
Ruang tindakan adalah ruang yang dituju untuk melakukan pertolongan pertama untuk pasien. Di dalam ruangan ini, pasien akan diberikan tindakan entah itu berupa pemeriksaan lebih lanjut setelah dirujuk dari poli umum, penanganan lebih lanjut terhadap luka fisik yang segera membutuhkan tindakan, atau tindakan-tindakan penyelamatan pertama bagi pasien kecelakaan, dll.
10.   Ruang Obat
Ruangan ini merupakan tempat penyimpanan obat. Obat-obat yang sudah didapatkan dari Dinkes untuk selanjutnya akan disimpan di dalam ruangan ini. Jumlah obat-obat tersebut disesuaikan dengan penyakit yang lebih sering muncul di dalam warga.
11.   Ruang Poli Anak
Hampir sama seperti poli KIA, hanya saja di sini terfokus untuk melayani penyakit-penyakit anak.
12.   Ruang Klinik Gizi dan Kesling

G. Mekanisme Pelayanan Puskesmas Depok Jaya

Mekanisme pelayanan di Puskesmas Depok Jaya cenderung sama dengan puskesmas-puskesmas lain. Secara garis besar, alur pelayanan di Puskesmas Depok Jaya adalah sebagai berikut:
  

Pelayanan diawali dengan pendaftaran di loket pendaftaran. Untuk poli umum biaya pendaftaran sebesar Rp. 2.000,00. Namun, untuk poli khusus, seperti poli gigi dan TB, dikenakan biaya tambahan sebagai pengganti biaya tindakan. Khusus untuk pemakai kartu askes atau jamkesmas, pasien tidak perlu membayar pada saat melakukan pendaftaran.
Setelah itu, pasien akan mengantre untuk dipanggil ke ruangan pemeriksaan untuk diperiksa dan mengetahui diagnosa dini terhadap pasien. Apabila diperlukan tindakan segera maka pasien akan dirujuk ke ruangan tindakan untuk segera menangani permasalahan kesehatan tersebut. Selanjutnya, pasien akan diberi resep untuk ditebus di ruang obat. Setelah itu pasien dapat pulang.

H.    Kondisi Operasional di Puskesmas Depok Jaya
Di atas sudah disebutkan bahwa Puskesmas Depok Jaya merupakan puskesmas “anakan” dari Puskesmas Pancoran Mas, sedangkan Puskesmas Pancoran Mas sendiri bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan di sini disebut Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) sedangkan puskesmas disebut sebagai Unit Pelaksana Fungsional. Jadi, Dinkes yang bertanggung jawab terhadap teknis, sedangkan puskesmas berperan sebagai lembaga fungsional yang member pelayanan langsung kepada masyarakat.
Seperti halya tempat pelayanan kesehatan milik negara yang lain, puskesmas menerima adanya pasien jamkesmas, jamkesda dan askes tanpa memberlakukan pelayanan berbeda. Jamkesmas telah didistribusikan kepada warga setempat sejak dikeluarkan. Namun, terdapat kendala pada pendistribusian sehingga ada warga yang tidak mendapatkan Jamkesmas tersebut. Solusi untuk kondisi ini adalah adanya pengalihan kepada Jamkesda perallihan dengan syarat persetujuan dari RT dan RW serta telah diverivikasi oleh puskesmas dengan observasi lapangan.
Dalam hal operasional, kendala sering muncul lebih diakibatkan oleh adanya keterlambatan turunnya kucuran dana dari pemerintah mengenai penggantian dana Jamkesma. Bahkan, hingga bulan September kemarin, pemerintah belum menurunkan dana penggantian untuk bulan Juli. Namun, Dr. Yani mengklaim bahwa hal ini sudah menjadi suatu hal yang biasa terjadi. Untuk menangani keterlambatan itu, puskesmas mengakalainya dengan cara menalangi dana pengobatan dengan dana pribadi puskesmas. Untuk pendistribusian obat, puskesmas tersebut tidak mengalami kendala berarti. Pesanan obat ke Dinkes datang dan diberikan sesuai pesanan puskesmas sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

I.     Kesadaran Warga Sekitar terhadap Pentingnya Puskesmas
Dari sekitar 200 orang pasien yang datang ke puskesmas di setiap harinya, sebagian besar di antaranya merupakan pasien poli umum, disusul oleh pasien KIA. Hal ini mencerminkan bahwa warga sudah sadar akan pentingnya KIA. Dr. Yani juga mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi warga sekitar yang menggunakan jasa dukun dalam persalinan, meskipun di sekitar wilayah itu masih ada dukun bayi. Pelayanan KIA yang diberikan di puskesmas sama seperti yang diberikan dalam posyandu pada umumnya, meliputi imunisasi, penimbangan serta pemeriksaan anak dan balita.
Upaya pengembangan untuk masyarakat yang telah dilakukan oleh puskesmas adalah upaya SIAGA. Masyarakat setempat pada umumnya sudah menyadari pentingnya kesehatan dan sangat aktif untuk meningkatkan kualitas kesehatan di sana. Hal ini dibuktikan dengan perolehan penghargaan dan/atau juara yang tak jarang mereka capai sebagai Desa Siaga di Depok. Penghargaan yang diperoleh warga merupakan contoh keberhasilan pola pengorganisasian dan pengembangan masyarakat yang dapat diterima dan diterapkan dalam masyarakat.
Meski, Harapan dari Dr. Yani sendiri sebagai orang yang berkecimpung di dunia kesehatan, masyarakat lebih mengenali fungsi dari puskesmas dan kesehatan masyarakat sehingga pelayanan kesehatan yang disediakan oleh Puskesmas Depok Jaya dapat tercipta secara optimal dan maksimal. Terlebih fasilitas dan tenaga medis yang tersedia di puskesmas tersebut dapat dipastikan sudah cukup memadai.
Share:

MANAJEMEN dan ANALISIS DATA-2


Tugas-1: PRE-TEST

 MANAJEMEN dan ANALISIS DATA-2


Nama: Anifatun Mu’asyaroh          NPM   : 1006668014

1.      Dari data “Uji bivariat, confounding, & interaksi.SAV” lakukan uji statistik untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR.
2.     Sajikan hasil analisis anda dan Interpretasikan



1.      Analisis Bivariat
a.      Hubungan antara umur dengan BBLRà Uji t independen
Tabel 1
Distribusi Rata-rata Umur Responden dengan Berat Badan Bayi
BBLR
Mean
SD
SE
P value
n
Ya
23,42
9,982
1,289

0,523
60
Tidak
22,55
3,159
0,408
60

Rata-rata umur responden yang kondisi bayinya tidak BBLR adalah 22,55 tahun dengan standar deviasi sebesar 3,159 tahun. Sedangkan rata-rata umur responden yang kondisi bayinya BBLR adalah 23,42 dengan standar deviasi sebesar 9,982 tahun. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,523 di mana melebihi alpha=0,05. Dengan demikian pada alpha 5% terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata umur responden antara ibu yang bayinya BBLR dan tidak BBLR.

b.      Hubungan antara Hb dengan BBLRà Uji t independen
Tabel 2
Distribusi Rata-rata Kadar Hb Responden dengan Berat Badan Bayi

BBLR
Mean
SD
SE
P value
n
Ya
11,833
1,0938
0,1412

0,045
60
Tidak
12,210
0,9339
0,1206
60
Rata-rata kadar Hb responden yang kondisi bayinya tidak BBLR adalah 12,210 gr% dengan standar deviasi sebesar 0,9339 gr%. Sedangkan rata-rata kadar Hb responden yang kondisi bayinya BBLR adalah 11,833 gr% dengan standar deviasi sebesar 1,0938 gr%. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,045 di mana kurang dari alpha=0,05. Dengan demikian pada alpha 5% terlihat bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar Hb responden antara ibu yang kondisi bayinya BBLR dan tidak BBLR.

c.       Hubungan antara status gizi dengan BBLRà Uji Kai Kuadrat
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi dengan Berat Badan Bayi

Status Gizi
BBLR
Total
OR
(95% CI)
P value
Tidak
Ya
n
%
n
%
n
%
Baik
40
66,7
20
33,3
60
100
4.00
1,872-8,545
0,001
Kurang
20
33,3
40
66,7
60
100
Jumlah
60
100
60
100
120
100

Dari hasil analisis hubungan antara status gizi responden dengan berat badan bayi didapatkan bahwa ada sebanyak 20 (33,3%) orang responden dengan gizi baik yang memiliki bayi BBLR. Sedangkan pada responden dengan status gizi kurang ada sebanyak 40 (66.7%) orang yang memiliki bayi BBLR. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001 (<0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian BBLR antara responden dengan status gizi baik dan kurang (ada hubungan yang signifikan antara status gizi responden dengan kondisi berat bayi).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR 4, artinya responden dengan status gizi kurang mempunyai peluang memiliki bayi dengan kondisi BBLR sebesar 4,0 kali daripada responden dengan gizi baik.


d.      Hubungan antara anemia dengan BBLRà Uji Kai Kuadrat
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Status Anemia dengan Berat Badan Bayi

Status Anemia
BBLR
Total
OR
(95% CI)
P value
Tidak
Ya
n
%
n
%
n
%
Ya
36
60
24
40
60
100
0,444
0,214-0,923
0,045
Tidak
24
40
36
60
60
100
Jumlah
60
100
60
100
120
100

Dari hasil analisis hubungan antara status anemia responden dengan berat badan bayi didapatkan bahwa ada sebanyak 36 (60%) orang responden tidak menderita anemia yang memiliki bayi BBLR. Sedangkan pada kelompok responden yang menderita anemia ada sebanyak 24 (40%) orang yang memiliki bayi BBLR. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0451 (<0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian BBLR antara responden yang menderita anemia dan tidak menderita anemia (ada hubungan yang signifikan antara status anemia responden dengan kondisi berat bayi).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR 0,444, artinya responden dengan status anemia mempunyai peluang memiliki bayi dengan kondisi BBLR sebesar 0,444 kali daripada responden yang berstatus tidak anemia.
è Terjadi anomali. Berdasarkan beberapa sumber yang pernah saya baca, pada umumnya, ibu hamil yang menderita anemia justru berpeluang lebih besar memiliki bayi dengan kondisi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita anemia.

e.       Hubungan antara sosial ekonomi dengan BBLRà Uji Kai Kuadrat
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Gizi dengan Berat Badan Bayi
Status Anemia
BBLR
Total
OR
(95% CI)
P value
Tidak
Ya
n
%
n
%
n
%
Tinggi
41
70,7
17
29,3
58
100
5,458
2,498-11,928
0,0005
Rendah
19
30,6
43
69,4
62
100
Jumlah
60
100
60
100
120
100


Dari hasil analisis hubungan antara status sosial ekonomi responden dengan berat badan bayi didapatkan bahwa ada sebanyak 17 (29,3%) orang responden dengan status ekonomi tinggi yang memiliki bayi BBLR. Sedangkan pada responden dengan status gizi kurang ada sebanyak 43 (70.7%) orang yang memiliki bayi BBLR. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,0005 (<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi kejadian BBLR antara responden dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah (ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi responden dengan kondisi berat bayi).
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR 5,458, artinya responden dengan status sosial ekonomi rendah mempunyai peluang memiliki bayi dengan kondisi BBLR sebesar 5,458  kali daripada responden dengan status sosial ekonomi tinggi.




Sumber:
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=13940 (diakses Minggu, 26 Feb 2012, pukul 23.33 WIB)
Share:

Postingan Populer